Sinopsis Mad to Be Normal 2017 - Metanoia

Mad to Be Normal, dikenal juga dengan judul Metanoia, film biography drama history dengan jadwal tayang 2017, durasi 1 jam 46 menit, sutradara dan penulis Robert Mullan, pemain utama David Tennant, Michael Gambon, Elisabeth Moss, untuk Gizmo Films, Bad Penny Productions, GSP Studios.

David Tennant, Michael Gambon, Elisabeth Moss

Film ini bercerita tentang seorang psikiater populer dunia asal Skotlandia, RD Laing dan komunitas uniknya di Kingsley Hall, London Barat, sekitar tahun 1960-an.

R.D. Laing juga adalah seorang penulis yang banyak menghasilkan buku tentang penyakit mental. Skandal dengan desainger grafis asal Jerman, Jutta Werner, menghasilkan buku The Divided Self, diterbitkan oleh Penguin Books, segera menjadi buku terlaris. Dia membuka sebuah proyek di Kingsley Hall bersama Aaron Esterson, David Cooper dan lainnya. Ini awalnya adalah sebuah eksperimental non-hirarkis, dimana para penderitak skizofrenia diber ruang untuk bekerja melalui psikosis mereka tanpa mengarahkan mereka untuk obat, ECT atau pembedahan. Terinspirasi dari buku Rumpus Room dan Villa 21, komunitas untuk penderita skizofrenia dibentuk tanpa membeda-bedakan staf atau pasien.

Siapa R.D. Laing?

RD Laing, yang bernama lengkap Ronald David Laing, adalah seorang psikiater dan psikoanalis Skotlandia yang terkenal karena karyanya yang berpengaruh dan pandangannya yang kontroversial tentang penyakit mental dan pengobatan pasien psikiatri. Ia lahir pada tanggal 7 Oktober 1927 di Glasgow, Skotlandia, dan meninggal pada tanggal 23 Agustus 1989.

Laing belajar kedokteran di Universitas Glasgow dan kemudian melanjutkan studi psikiatri. Dia menyelesaikan pelatihan psikiatrisnya di Rumah Sakit Jiwa Royal Glasgow, di mana dia mulai mengembangkan gagasannya tentang sifat penyakit mental dan pengobatannya.

Laing dikaitkan dengan gerakan eksistensialis dan dipengaruhi oleh filsuf seperti Jean-Paul Sartre dan Martin Heidegger. Dia percaya bahwa psikiatri tradisional sering kali membuat pengalaman dan emosi manusia menjadi patologi, dan dia berusaha memahami penyakit mental dalam konteks pengalaman hidup dan keprihatinan eksistensial seseorang.

Pada tahun 1960, Laing menerbitkan bukunya yang paling terkenal, "The Divided Self: An Existential Study in Sanity and Madness." Dalam karyanya, ia berpendapat bahwa skizofrenia dan bentuk penyakit mental lainnya dapat dilihat sebagai respons yang dapat dimengerti terhadap perjuangan seseorang untuk menemukan makna dan keaslian di dunia yang sering kali memaksakan konformitas dan keterasingan. Ia menekankan pentingnya memahami pengalaman subjektif individu yang didiagnosis penyakit mental.

Laing dikaitkan dengan gerakan anti-psikiatri pada tahun 1960an dan 1970an, yang mengkritik praktik psikiatri konvensional, termasuk rawat inap yang tidak disengaja dan penggunaan obat-obatan psikotropika. Dia percaya bahwa banyak perawatan psikiatris, seperti terapi elektrokonvulsif dan lobotomi, tidak manusiawi dan berbahaya.

Laing juga menulis puisi dan mengeksplorasi dinamika hubungan manusia dalam bukunya "Knots", yang menggunakan bahasa puitis dan metafora untuk menggambarkan konflik antarpribadi yang kompleks dan gangguan komunikasi.

Ide-ide R.D. Laing kontroversial dan sering ditentang oleh psikiatri arus utama. Sementara beberapa orang melihatnya sebagai seorang visioner yang memanusiakan penyakit mental dan menekankan empati dan pengertian, yang lain mengkritiknya karena metode terapinya yang tidak konvensional dan terkadang eksperimental.

Di tahun-tahun terakhirnya, karya Laing menjadi lebih eklektik, dan dia bereksperimen dengan kehidupan komunal dan komunitas terapeutik. Ia terus menulis dan memberi ceramah tentang masalah kesehatan mental.
Karya R.D. Laing memiliki dampak yang cukup mendalam pada bidang psikiatri dan psikologi, khususnya dalam cara pemahaman dan pendekatan penyakit mental.

Post a Comment for "Sinopsis Mad to Be Normal 2017 - Metanoia"