Adrift (2018) Diangkat Dari Kisah Nyata Pasangan Muda Di Tahiti (Shailene Woodley)

Adrift (2018) adalah film horror suspense drama yang kini dalam pengembangan oleh sutradara Baltasar Kormakur, penulis skenario Aaron Kandell dan Jordan Kandell dengan pemain utama Shailene Woodley yang akan berperan sebagai Tami Oldham.

(Shailene Woodley)

Film ini diangkat dari sebuah kisah nyata yang terjadi dan melibatkan seorang wanita dan pasangannya, yang setelah berlayar dari Tahiti, mereka terjebak di tengah-tengah hujan badai mematikan.

Sinopsis

Setelah badai berlalu dan meninggalkan kekacauan parah, wanita itu menemukan kapalnya begitu hancur dan pasangannya menghilang, berada entah di mana di tengah lautan. Dia mencari dan terus mencari di lautan tanpa tepi hingga semuanya harus direlakan. Kisah selanjutnya akan sepenuhnya bersama petualangan wanita itu dalam jarak tempuh lebih dari 2000 kilometer, kembali ke Hawaii, di saat yang sama pikirannya begitu berkecamuk. 

Shailene Woodley adalah seorang aktris kelahiran California, AS tahun 1991 yang dikenal lewat perannya di film Divergent (2014), The Fault in Our Stars (2014), The Descendants (2011), The Secret Life of the American Teenager (2008-2013), Snowden (2016)

Berikut ini adalah ringkasan cerita perjuangan Tami Oldham Ashcraft menyelamatkan diri

Tami membuka matanya...

Dia berada di bawah dek di kapal yang kusut dan kacau itu, dia melihat, kapalnya berada tiga kaki di atas air.

Dia mulai mengingat kejadian lautan yang mengamuk, kini tenang tanpa riak. Dia merasa pusing dan melihat darah.
Mencari arah menuju ke tempat terbuka, ia menatap langit yang luas di atasnya. Ada sesuatu yang salah.. Apa itu?

Langit itu. Terlalu terbuka luas. Dia belum ingat tentang berlayar. Dia mulai fokus, mencoba menjernihkan pikirannya. Tami melihat sekeliling. Richard tidak ada. Hanya alat keselamatannya yang masih ada, terputus, dan salah satu ujungnya melayang di dalam air.

Dia sendirian.

Hazana

Tami Oldham Ashcraft dan Richard Sharp telah berkeliling bersama-sama dengan sebuah kapal layar berukuran 44 kaki yang diberi nama Hazana. Dia dan pasangan Inggrisnya pergi berlayar dari Tahiti ke San Diego, California dan menikmati perjalanan melalui samudera Pasifik bersama orang yang dicintai. Ya, begitulah..hingga kejadian tak terduga telah mengacaukan rencana itu...selamanya.

Mereka telah disewa untuk mengantarkan sebuah kapal yacht mewah ke pemiliknya dan mereka berdua sudah berpengalaman melakukan hal itu. Keduanya adalah pelaut yang sudah diakui. Tami dan Richard telah memiliki pengalaman lebih dari 50 ribu jam berlayar. Ramalan cuaca selama perjalanan itu diprediksi sangat baik, dan langit terlihat biru ketika mereka mulai lepas jangkar dari Tahiti.

Namun, ketika berada di tengah-tengah rencana yang semestinya memakan waktu 30 hari pelayaran, mereka menemukan masalah serius ketika mereka terjebak badai hurricane kategori 4. Setelah seminggu di lautan, radio melaporkan bahwa ada tekanan tropis yang mendatangi Amerika Tengah. Kedua pasangan itu mencoba berlayar ke arah utara namun badai tak dapat dihindari.

Gelombang setinggi 50 kaki dengan angin yang berhembus berkecepatan 160 mil per jam memporakporandakan kapal itu. Kapal itu diguncang gelombang hampir dua puluh meter. Menurut Tami "Ketika angin mengguncang begitu keras, percikan air begitu keras dan sangat banyak, dan anda tidak bisa melihat apa-apa ketika berada di tengah badai seperti salju itu".

Ada barometer yang terletak dibawah dek, jadi Richard mengatakan kepada Tami untuk pergi ke sana melihat hasil pembacaan barometer. Dia tetap di kemudi, dan Tami tidak melihat Richard dari bawah dek. Ketika tempat mereka dipenuhi air dan semakin kacau, Tami mendengar Richard menjerit dan kapal mereka dihempas gelombang, terbalik dan terlempar ke udara.

Perasaan Hancur

Lalu...semua hanya kegelapan. Tami sangat terpukul. Dia menghabiskan waktu selama 27 jam dalam keadaan pingsan sebelum akhirnya terbangun dengan situasi bahwa dia telah kehilangan cintanya dan ditinggalkan sendiri di Samudera Pasifik dengan perahu yang rusak.

Masih belum cukup hancur, tiang layar hilang, air yang memenuhi yacht itu belum surut. Masih ada masalah lain, mesin dan perangkat elektronik rusak. Radio hilang. Pasokan makanan dan air bersih terbatas. Satu-satunya kabar baik: Kemudi untuk mengarahkan kapal masih utuh.

Ada kerusakan yang lebih parah yang sedang berada di kapal itu. Tami, menderita kehilangan darah dan lemah serta kehancuran hatinya.. Semua hal bertubi-tubi berdatangan membuat semua terasa amat sulit baginya.

Dia mencoba menyerah dengan kenyataan. Di ujung kenyataan itu, Tami tidak makan, dia bahkan tidak melakukan apapun selama dua hari. "Berada di kapal itu terasa seperti berada di sel terisolasi", kata Tami.

Menyelamatkan diri

Tetapi, setelah beberapa hari kemudian, terdengar suara-suara di dalam kepalanya "Suara itu membuat aku kembali ke jalur, dan aku mengikutinya". Langkah pertama dan terpenting yang diambil oleh Tami Oldham Ashcraft adalah dia memilih hal yang tepat: bertahan hidup.

Sepanjang cobaan itu, Tami berjuang atas kehendaknya untuk tetap hidup. Depresi berat mengikutinya yang terus bekerja untuk melawannya agar berhenti berusaha. Tetapi, dia terus memilih untuk hidup dan bertindak. Dia menghabiskan waktu selama 41 hari kemudian berusaha mencapai garis pantai yang berjarak 2000 kilometer jauhnya.

Tami tidak dapat menggunakan mesin dan alat navigasi modern yang sudah rusak. Namun, dia masih dapat mengandalkan naluri dan pengalamannya. Menciptakan sebuah layar yang memungkinkan dia untuk melakukan perjalanan laut yang sangat lambat, sekitar dua knot (lebih dari 5 km/jam), dan dia mampu memposisikan kapal tetap di jalur harapan untuk membawanya ke kepulauan Hawaii.

Alat berlayar gaya kuno

Untuk membantunya dalam pelayaran panjang itu, ia mencoba kembali pada teknologi jadul yang dikenal dengan sextand. Alat untuk membandingkan sudut antara cakrawala dan benda langit seperti matahari. Dengan mengetahui hal itu dan waktu, akan memberikan posisi dimana anda berada.

Kini semua terserah padanya. peluang salah perhitungan sekali saja, maka semua harapan Tami akan lenyap begitu saja. Meski patah hati, takut, depresi dan semua perasaan bercampur menggerogoti hatinya, Tami berusaha mengalihkan perhatiannya dan terfokus pada misinya.

Kisah penting yang perlu digarisbawahi dalam perjalanan Tami adalah menggunakan pikiran dan tekad untuk dapat melalui begitu banyak masalah berat yang datang bersamaan.

Ketika dia memulai petualangan itu, berat Tami ditimbang 70 kg, dan ketika dia berhasil mencapai Hawaii, beratnya hanya 50 kg. Dia telah bepergian dengan sebuah kapal yang tidak dicakup oleh perusahaan asuransi. Dia mengalami kerugian, kesepian, penderitaan mental, dan cobaan yang datang tiada henti.

Tami berhasil menyelesaikan derita itu pada tahun 1983, dan kini dia tinggal di kepulauan San Juan di Washington. Dan kini dia telah bertemu dengan cinta yang baru.

Post a Comment for "Adrift (2018) Diangkat Dari Kisah Nyata Pasangan Muda Di Tahiti (Shailene Woodley)"