American Skin 2019, Polisi kulit putih menembak remaja kulit hitam

American Skin 2019

American Skin 2019 adalah film drama oleh Nate Parker. Pemeran Nate Parker, Omari Hardwick, Theo Rossi, Shane Paul McGhie. Dirilis oleh Vertical Entertainment dan mengalami banyak review negatif. Ini akan menjadi positif dan negatif, tergantung dari sisi mana mereka memandangnya. American Skin mengisahkan seorang mantan anggota marinir yang kemudian bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah sekolah, yang terpaksa harus bertindak sendiri, ketika anaknya tewas oleh polisi.

Alur Cerita

Kita bertemu Lincoln Jefferson, seorang mantan marinir yang pernah bekerja di luar, telah bercerai dari istrinya, dan kini hanya bekerja di sebuah sekolah swasta, dan itupun menjadi petugas kebersihan. Sekolah yang kebanyakan siswanya adalah kulit putih itu, menjadi pilihan bagi Jefferson yang adalah kulit hitam, untuk mendaftarkan anaknya Kajani Jefferson, agar sedikit menjauh dari rekan-rekannya siswa kulit hitam lain yang mungkin berandalan.

Namun suatu malam, tak lama setelah dia menjemput anaknya dari rumah temannya yang berada di lingkungan orang kaya kulit putih, mereka diminta menepi oleh polisi patroli, dan saat diberhentikan itu, anaknya Kajani ditembak didepan mata ayahnya Jefferson, oleh petugas Mike Randall. Dan hal itu terekam oleh kamera mobil.

Hingga satu tahun berlanjut, seorang mahasiswa bernama Jordin King, membuat film dokumenter dan berniat mewawancarai Jefferson sebelum vonis kepada Randall dijatuhkan, apakah bersalah atau tidak. Namun ternyata Randall dibebaskan dan diumumkan bahwa tidak ada pengadilan yang akan disiarkan. Hal itu membuat seisi kota ramai. Pimpinan polisi di kota itu meminta ibunya Kajani agar membuat pernyataan di televisi agar warga tetap tenang.

Gusar dengan apa yang terjadi, Jefferson murka dan memutuskan akan menentukan pengadilan sendiri. Dia pun menangkap pimpinan polisi itu dan menggiringnya ke kantor polisi bersama dengan kru dokuemnter Jordin. Ini adalah dokumenter yang nyata, kata Jefferson kepada mereka. Jefferson menawan semua orang yang ada di kantor itu, menuntut agar diadakan persidangan dan setelah dibuatkan persidangan, semuanya hanya settingan.

Randall kemudian mengakui tindakan rasial dari sisi mereka sebagai polisi, sebab Jefferson dan Kajani sebagai kulit hitam, berada di lingkungan kulit putih yang makmur di tengah malam. Juri memutuskan Randall bersalah, Jefferson akhirnya memutuskan vonisnya sendiri. Dia mengancam Randall, menodongkan senjata dikepalanya, dan lalu menarik pelatuk yang ternyata tak ada peluru itu. Akhirnya semua diselesaikan, dan Jefferson akan keluar dari ruangan, hingga seorang penembak jitu mengakhiri hidup Jefferson.