Flamin’ Hot Review Indonesia

Flamin’ Hot Review

Flamin’ Hot adalah sebuah biografi yang digambarkan melalui komedi, dan mungkin saja tidak semuanya benar adanya, namun setidaknya tujuan utama dari film ini telah menunjukkan narasi alegori (alegori adalah majas yang menjelaskan maksud namun tidak secara harfiah). Flamin' Hot menunjukkan integrasi dari para imigran asal Meksiko dan pengaruh yang mereka bawa ke dalam tradisi dan kebiasaan ala Amerika. Sutradara film, Eva Longoria, berkata bahwa jika ia tak dapat mendorong film ini untuk sukses, maka kemungkinan besar dia tidak akan mendapatkan lagi kesempatan untuk menggarap kisah Impian Amerika bagi warga Meksiko di AS.

Film ini berkisah tentang makanan ringan, Cheetos yang telah kesulitan untuk masuk ke pasar. Pasar yang menginginkan produk yang mewakili perusahaan dan rasa khas dari mereka. Sutradara membawa karakter utama yaitu Richard Montanez. Diperankan oleh Jesse Garcia, Montanez sendiri adalah orang yang dulunya adalah petugas kebersihan di perusahaan tempat ia bekerja, yang kemudian mengklaim bahwa dia menemukan rasa khas Cheetos Flamin' Hot, yang mendorong karirnya melejit hingga mendapat promosi menuju kursi wakil presiden divisi penjualan multi komunitas. Ini adalah peran besar pertama bagi Jesse Garcia, jika sebelum-sebelumnya dia hanya mendapatkan peran-peran kecil.

Faktanya memang, kisah yang membawa nama Montanez di perusahaan raksasa itu, jelas diperdebatkan. Yang mana, beberapa poin dari ceritanya di dalam plot terbukti memang salah. Misalnya Roger Enrico (diperankan Tony Shalhoub), CEO PepsiCo, mendapatkan posisinya sebagai CEO setelah Cheetos Flamin' Hot. Mungkin induk perusahaan Frito-Lay memang sudah menguji beberapa campuran menu pedas pada waktu itu, dan Montanez dapat menemukan salah satu campuran yang kemudian menjadi pilihan untuk digunakan. Hal ini diakui di dalam film, dan diakui dalam kenyataan - yang ditunjukkan dengan versi adegan yang sengaja dibuat palsu. Yang jelas bahwa dia terlibat dalam sesuatu keajaiban, yang ditunjukkan dalam rekaman video saat Enrico bicara dengan Montanez.

PepsiCo sendiri tidak terlalu membantah atau mendebat poin-poin dari dalam film, dan tidak berupaya menahan merek mereka, yang menunjukkan bahwa faktanya benar bahwa Montanez mengalami kenaikan jabatan yang WOW dari petugas kebersihan menjadi salah satu eksekutif di perusahaan mereka. Mungkin sebagian diantara cerita Montanez adalah spekulasi semata, sama halnya seperti film-film biografi lain yang pasti ada yang "dilebihkan", terutama jika hanya mengandalkan sebuah sejarah dari mulut ke mulut.

Narasi yang dimunculkan dalam kisah ini mungkin akan terasa berlebihan, ketika Richard membicarakan hal-hal di setiap adegan yang memperlihatkan Montanez seperti seorang pembicara, dan cerita dalam film ini adalah sebuah pidato motivasi darinya. Tentunya sulit bagi sutradara untuk meyakini semua visual dengan cerita yang disampaikan oleh Montanez. Montanez terkadang terlalu banyak menggantikan suara di dialog yang ada ketika rapat di perusahaan. 

Yang jelas, kesimpulan dari film ini adalah bahwa sejumlah bioskop akan menjual Cheetos di stand-stand mereka, sehingga tidak ada kemungkinan Montanez gagal dalam cerita yang dibangunnya itu. Ini adalah sebuah narasi dari seorang imigran, Richard, yang lahir dari kelas pekerja imigran, menggunakan akalnya ketika harus menghadapi rasisme dimana-mana, termasuk di sekolahnya sendiri, meredakan emosi dengan apa yang diajarkan di rumah, cabut dan putus dari sekolah, menjadi penjahat, dilepaskan oleh hakim yang lembut, lalu kembali ke pekerjaan kasar, dan menggunakan akalnya lagi.

Musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri, termasuk batasan yang dibangunnya untuk dirinya. Begitu pula dengan Montanez, ketika diberitahu untuk menjauh dari Clarence Baker, dia mematahkan batas-batas sosial diantara mereka seperti cara dia melawan bully di masa kecil: dia menu rumah yang lezat. Baker seperti seorang veteran yang terlalu tua untuk jadi pahlawan, namun berada di waktu dan tempat yang tepat untuk kemudian memberikan bimbingan, lalu pada akhirnya menuai persahabatan yang telah berhasil. 

Tidak seperti cemilan biasa, Flamin Hot benar-benar enak, dinikmati dengan banyak rasa dan tidak membosankan. Ini bukan cerita cemilan keripik jagung, tetapi kisah yang menggambarkan kekuatan dengan makanan ringan sebagai puncak dari wujud kekuatannya. Karakter utama juga dilibatkan dalam sentuhan iman dengan sejumlah pembicaraan positif di sekitar doa. Yah, produser menyematkan salah satu karakter untuk menjadi perlawanan, meski berbentuk hiperbola, namun akhirnya perbuatannya bisa dimaafkan oleh semuanya. Dan meski ada penyampaian yang ini itu dan basa basi, tetap saja, itu adalah bagian dari apa yang disebut American Dream, impian Amerika bagi begitu banyak orang di jagat raya ini.

Post a Comment for "Flamin’ Hot Review Indonesia"