Where the Wild Things Are (Ringkasan dan Review Novel)

 "Where the Wild Things Are" adalah buku bergambar anak-anak yang ditulis dan diilustrasikan oleh Maurice Sendak. Ceritanya mengikuti seorang anak laki-laki bernama Max yang, setelah disuruh tidur tanpa makan malam karena berperilaku buruk, memulai perjalanan fantastis ke sebuah pulau yang dihuni oleh makhluk liar.

Buku Anak "Where The Wild Things Are"- creator Sharon Y oleh flickr

Ringkasan Plot:

Di Where the Wild Things Are, kita bertemu dengan seorang anak kecil bernama Max. Max, seperti kebanyakan anak kecil lainnya, menghabiskan suatu malam dengan melakukan segala jenis kenakalan. Dia mengenakan setelan serigala dan bertingkah sedikit liar. Ibunya bahkan menyebutnya sebagai hal yang liar, yang membuat Max mengancam akan memakannya. Muak dengan kelakuan putranya, ibu Max menyuruhnya tidur tanpa makan malam. 

Max pergi ke kamarnya, tapi dia belum siap untuk menyerah menjadi orang liar. Dia membayangkan kamarnya berubah menjadi hutan liar di dekat lautan. Untung saja, lautan memiliki perahu pribadi khusus untuk Max. Max berlayar dan berlayar hingga mencapai tempat di mana makhluk liar hidup. Mereka mencoba mengintimidasi Max, tapi dia benar-benar yang paling liar dan mereka menobatkannya sebagai raja. Max dan para monster bertengkar hebat hingga Max menjadi lelah dan kesepian dan menyuruh semua makhluk liar itu tidur tanpa makan malam. Max ingin bersama seseorang yang dia cintai. Dia merasa kesepian dan mulai mencium sesuatu yang enak sehingga dia memutuskan untuk berhenti menjadi raja alam liar dan berlayar kembali ke rumah. Hal-hal liar mengancam untuk memakan Max jika dia pergi, tapi dia berlayar kembali ke rumah dengan perahu pribadinya dan menemukan makan malam hangat menunggunya di kamarnya.

Ulasan:

Where the Wild Things Are berfokus pada karakter Max. Sendak memberi Max semua karakteristik seorang anak muda yang bisa dipercaya. Dia suka bermain dan berbuat destruktif, namun pada akhirnya dia tetap membutuhkan kasih sayang ibunya. Max adalah karakter unik karena dia sangat marah di sebagian besar cerita. Saya belum membaca banyak buku bergambar yang tokoh utamanya mempunyai sudut pandang seorang anak yang sedang marah, namun ini adalah skenario yang sangat realistis yang akan berguna bagi anak-anak yang perlu melihat contoh bagaimana mengatasi kemarahan mereka sendiri.

Plotnya bermula dari kejadian umum yang saya lihat sehari-hari di kelas saya. Seorang anak berperilaku buruk, mendapat masalah, dan menjadi marah. Ini adalah plot yang sangat relevan, terutama untuk anak-anak yang lebih nakal. Meskipun mereka mungkin tidak melihat diri mereka sebagai “anak nakal” seperti Max, mereka hampir pasti akan melihat ibunya mirip dengan ibu mereka sendiri. Dia adalah seorang pendisiplin yang memegang kekuasaan. 

Plotnya berkembang secara alami ketika kita melihat Max menggunakan imajinasinya ketika dia memikirkan masalahnya dan menjadi semakin marah, sampai akhirnya dia mencapai titik puncak di mana dia lelah, kesepian, lapar, dan menginginkan ibunya. Ini adalah tempat yang wajar untuk mengakhiri amukan Max. Bahkan ketika seorang anak “membenci” ibunya, mereka tetap membutuhkan ibunya. Halaman terakhir yang menunjukkan bahwa ibu Max menyiapkan makan malam untuknya menunjukkan bahwa meskipun perilaku seorang anak buruk, bahkan jika mereka marah dan marah, cinta seorang ibu tidak bersyarat. Saya suka mereka mengakhirinya dengan gambar ini.

Ilustrasinya indah dan sangat memperhatikan garis dan warna pada khususnya. Sendak menangkap gerakan dengan sangat baik. Max dan para monster terlihat melompat, berayun, menari, dan melakukan berbagai aktivitas. Sendak juga memastikan untuk memasukkan banyak detail kecil seperti menunjukkan perjalanan waktu melalui kegelapan langit di jendela Max, atau fakta bahwa ada gambar makhluk liar yang digambar Max tergantung di dinding rumahnya. Tampaknya selalu ada sesuatu yang baru untuk ditemukan ketika melihat gambar-gambarnya. Ilustrasinya berfungsi sangat baik untuk mendukung teks cerita.

Ada dua latar, rumah Max dan tempat Wild Things/ Makhluk Liar berada. Ketika buku tersebut terbit pada tahun 1963, latarnya akan mewakili rumah tangga modern di pinggiran kota. Rumah The Wild Things berasal dari imajinasi Max. Oleh karena itu, latarnya liar dan penuh warna, sama seperti Max. Latarnya dapat dianggap universal karena kita semua memiliki kemampuan untuk melakukan perjalanan ke suatu tempat dalam pikiran kita.

Tema Where the Wild Things Are ada dua. Pertama, buku ini mengangkat tema kemarahan masa kanak-kanak. Kedua, buku ini mengangkat tema cinta tanpa syarat seorang ibu kepada anaknya. Tema cinta ditampilkan lewat aksi sederhana ibu Max yang menyiapkan makanan untuknya saat ia tengah mengamuk. Ini bukanlah tema utama, tapi ini adalah tema yang penting. Tema kemarahan masa kecil terlihat di sepanjang cerita.

Saat kita melihat ke dalam pikiran seorang anak yang sedang marah, kita melihat langkah-langkah yang mereka lalui untuk mengatasi tantrumnya. Pertama, mereka mungkin ingin melarikan diri. Max lolos dalam imajinasinya. Kemudian, mereka ingin memegang kendali dan mengikuti aturan mereka sendiri. Max memimpin Makhluk Liar sebagai rajanya dan memegang kendali. 

Dia bertingkah dan tidak ada yang bisa menyuruhnya untuk tidak melakukannya karena dia adalah rajanya. Akhirnya, seorang anak akan muak karena marah dan bahkan mungkin akan mengerti mengapa orang tuanya kesal. Mereka bahkan mungkin menerima bahwa mereka telah melakukan kesalahan dan ingin dimaafkan. Kami melihat ini saat Max menjadi sosok induk dari Wild Things. Dia menyuruh mereka tidur tanpa makan malam dan mereka mengancam akan memakannya. Ini sejajar langsung dengan percakapan Max dan ibunya di awal cerita. Ini melambangkan Max yang menenangkan dan memahami keputusan ibunya. Begitu dia berada di tempat ini secara mental, dia bisa mulai mencium bau makanan di kamarnya. Dia mendapatkan kembali fokus dan kembali ke dunia nyata.

Melalui penuturan kisah anak laki-laki yang sangat natural dan tanpa khotbah sama sekali, Sendak berhasil mengangkat tema kemarahan masa kanak-kanak. Dia menunjukkan bagaimana rasanya marah pada orang tua Anda dan bagaimana hal ini hanya bersifat sementara di sebagian besar kejadian.

Gaya unik Sendak menawarkan substansi kepada pembaca melalui flash. Ini bukan berarti ilustrasinya tidak indah, tapi penceritaannya luar biasa. Dia menggunakan simbolisme dalam keributan Wild Things untuk menggambarkan emosi Max dan satu-satunya saat dia menggunakan sajak adalah ketika Max menyadari bahwa sudah waktunya meninggalkan Wild Things dan kembali ke rumah. Oleh karena itu, Sendak secara halus menekankan klimaks buku tersebut dengan hanya menawarkan tiga baris sajak.

Dalam Where the Wild Things Are, satu-satunya penanda budaya Sendak adalah Max tinggal di sebuah rumah. Ini adalah perwakilan dari keluarga kelas menengah. Tidak ada hal yang menyinggung atau mengecewakan kelompok budaya atau demografi mana pun dalam buku ini.

Kelebihan buku ini adalah penggunaan percakapan paralel untuk menunjukkan pertumbuhan Max sebagai karakter dan simbolisme untuk mewakili emosinya. Kelemahan buku ini adalah temanya mungkin sulit dipahami sendiri oleh anak kecil. Meskipun buku ini berukuran besar, buku ini menawarkan beberapa tema yang padat.

Where the Wild Things Are memenangkan Medali Caldecott tahun 1964 dan Penghargaan Lewis Carroll Shelf tahun 1964.

 Berikut karakter utama dalam buku tersebut:

  • Max: Max adalah protagonis muda petualang dalam cerita ini. Dia memakai kostum serigala dan memiliki imajinasi yang jelas. Setelah didisiplinkan dan disuruh tidur tanpa makan malam, kamar Max berubah menjadi hutan, dan dia berlayar ke negeri Benda Liar.
  • Wild Things: The Wild Things adalah makhluk fantastis yang ditemui Max di pulau. Mereka adalah makhluk besar dan mengerikan dengan kepribadian dan penampilan yang khas. The Wild Things mewakili emosi Max yang liar dan liar, termasuk kemarahan dan frustrasinya.
  • Carol: Carol adalah salah satu Makhluk Liar dan digambarkan sebagai salah satu pemimpin di antara mereka. Dia awalnya agresif dan konfrontatif terhadap Max namun akhirnya menjadi teman dan orang kepercayaannya.
  • Judith: Judith adalah Makhluk Liar lainnya di pulau itu. Dia digambarkan sebagai sosok keibuan dan peduli terhadap Hal-Hal Liar lainnya, termasuk Max.
  • Ira, Moishe, Bernard, dan Douglas: Ini adalah Makhluk Liar tambahan yang menghuni pulau bersama Max. Masing-masing memiliki karakteristik dan kepribadian uniknya sendiri, menambah kedalaman dan keragaman pada kelompok makhluk tersebut.
  • Ibu Max: Ibu Max muncul di awal dan akhir cerita. Dia menegur Max atas kelakuan buruknya tetapi pada akhirnya menunjukkan cinta dan kepeduliannya dengan meninggalkan makan malam untuknya meskipun dia telah menentangnya sebelumnya.

Karakter-karakter ini bersatu untuk menciptakan dunia yang kaya dan imajinatif dalam "Where the Wild Things Are." Ilustrasi dan penceritaan Maurice Sendak yang menggugah telah memikat pembaca dari segala usia sejak buku tersebut diterbitkan pada tahun 1963, menjadikannya karya klasik abadi dalam sastra anak-anak.

Post a Comment for "Where the Wild Things Are (Ringkasan dan Review Novel)"