"The Boy and the Heron" (Kimitachi wa Dō Ikiru ka, 'How Do You Live?') adalah film fantasi animasi menawan yang dibuat oleh Hayao Miyazaki dan dihidupkan oleh Studio Ghibli. Meskipun judul film Jepangnya memberi penghormatan kepada novel klasik Genzaburō Yoshino tahun 1937 melalui judulnya, film ini mengambil perjalanan naratif yang baru dan tidak mengadaptasinya, namun merupakan ciptaan Miyazaki secara unik.
|
Poster film The Boy and the Heron 2023 - oleh Wikipedia |
Bertempat di dunia yang penuh imajinasi, film ini mengikuti petualangan seorang anak laki-laki dan pertemuannya dengan seekor bangau mistis. Film aslinya disuarakan oleh pemeran berbakat termasuk Soma Santoki, Masaki Suda, Ko Shibasaki, Aimyon, Yoshino Kimura, Takuya Kimura, Kaoru Kobayashi, dan Shinobu Otake.
Sinopsis
The Boy and the Heron diawali oleh kehidupan Mahito muda yang berubah secara dramatis ketika dia bertemu dengan seekor bangau abu-abu misterius yang tinggal di menara terpencil di tanah milik keluarganya. Disuarakan dalam versi Inggris oleh pemain bertabur bintang termasuk Christian Bale, Dave Bautista, Gemma Chan, Willem Dafoe, Karen Fukuhara, Mark Hamill, Robert Pattinson, dan Florence Pugh, film ini berkembang menjadi kisah petualangan memukau.
Saat Mahito menggali lebih dalam rahasia menara dan dunia luar, dia memulai perjalanan yang melampaui batas antara yang hidup dan yang mati. Di samping pemandu bangaunya yang nakal, Mahito harus menghadapi masa lalunya sendiri dan mengungkap misteri yang tersembunyi di dalam bangunan kuno tersebut.
Pemeran (pengisi suara):
- Mahito Maki: Soma Santoki (Jepang), Luca Padovan (Inggris)
- The Grey Heron: Masaki Suda (Jepang), Robert Pattinson (Inggris)
- Lady Himi: Aimyon (Jepang), Karen Fukuhara (Inggris)
- Natsuko: Yoshino Kimura (Jepang), Gemma Chan (Inggris)
- Shoichi Maki: Takuya Kimura (Jepang), Christian Bale (Inggris)
- Granduncle: Shōhei Hino (Jepang), Mark Hamill (Inggris)
- Kiriko: Ko Shibasaki (Jepang), Florence Pugh (Inggris)
- Noble Pelican: Kaoru Kobayashi (Jepang), Willem Dafoe (Inggris)
- The Parakeet King: Jun Kunimura (Jepang), Dave Bautista (Inggris)
Dengan latar belakang Perang Dunia Kedua, Mahito muda bergulat dengan kehilangan ibunya dalam sebuah bom api yang tragis. Keputusan ayahnya untuk merelokasi keluarganya ke pedesaan, tempat pabrik pesawat tempur menunggu, membawa perubahan yang tidak terduga baginya. Mahito tidak hanya dihadapkan dengan prospek seorang ibu baru di Natsuko, tetapi dia juga menemukan bahwa wanita itu adalah saudara perempuan mendiang ibunya, sehingga menambah kerumitan dalam dinamika keluarga mereka.
Di tengah perkebunan yang luas dan kehadiran menara bobrok yang menjulang, Mahito terjerat dalam misteri masa lalu keluarganya. Legenda tentang paman buyut yang mendirikan menara setelah hantaman meteorit, namun kemudian menghilang secara misterius, membayangi sejarah perkebunan tersebut. Saat Mahito menelusuri medan asing ini, dia mendapati dirinya tertarik pada menara misterius dan rahasia yang tersimpan di balik temboknya yang runtuh.
Dengan latar belakang perang dan pergolakan, Mahito memulai perjalanan penemuan jati diri, mengungkap kebenaran yang tersembunyi di dalam menara kuno dan benang kusut masa lalu keluarganya.
Dalam film tersebut, Mahito menemukan sebuah buku yang berisi pesan dari mendiang ibunya, yang mendesaknya untuk membacanya. Namun alur cerita ini tidak terselesaikan, membuat pemirsa bingung tentang keterkaitannya. Selain itu, ada banyak petunjuk dan simbol di sepanjang film yang mungkin sulit ditafsirkan sepenuhnya oleh penonton di luar orang Jepang, sehingga ada perasaan kehilangan kunci penting dalam narasinya.
Elemen buram ini berkontribusi pada rasa misteri dan intrik dalam film, namun mungkin juga membuat beberapa penonton merasa bingung atau terputus dari cerita. Tanpa pemahaman yang lebih mendalam tentang referensi budaya Jepang atau gambaran simbolik, akan sulit untuk memahami makna yang dimaksudkan di balik layar atau motif tertentu.
Ambigu dalam film ini memungkinkan adanya penafsiran yang beragam, menjadikannya membingungkan sekaligus menggugah pula. Melalui rangkaian mimpi dan logika kanak-kanak, film ini menawarkan gambaran sekilas tentang realitas yang memiliki makna lebih dalam. Tema kesedihan, kehilangan, budaya, dampak perang, dan dinamika pengasuhan anak semuanya terjalin dalam narasinya, mengajak pemirsa untuk merenungkan maknanya.
Dari sisi layar, keindahan visual film ini memang menawan dan kaya detail. Dari ombak laut yang digambar dengan rumit hingga pergerakan awan yang memukau, karya seni dalam film ini cukup memanjakan mata. Perhatian terhadap detail terlihat jelas di setiap bingkai, dengan warna-warna cerah, kontras terang dan gelap yang cemerlang, serta lanskap alam rumit yang membawa pemirsa ke dunia fantastik Mahito.
Karya seninya lebih dari sekedar estetika, berfungsi untuk meningkatkan penceritaan dan membangkitkan resonansi emosional. Cabang-cabang pohon yang rumit, langit malam yang dipenuhi bintang dan meteor, serta rerumputan yang bergoyang secara realistis menciptakan kesan mendalam, membuat penonton merasa benar-benar tenggelam dalam dunianya. Bayangan dan pencahayaan digunakan secara ahli untuk menciptakan suasana hati.
Dikombinasikan dengan musik yang piawai dan suara yang bernuansa (terutama dalam bahasa Jepang), mengangkat film ini menjadi pengalaman sinematik yang tak terlupakan. Bagi siapa saja yang mengapresiasi animasi dan penceritaan visual, film ini wajib untuk ditonton.
Post a Comment for "The Boy and the Heron (How Do You Live?) 2023: Perjalanan Misterius Mahito Ditengah Kesedihannya"