Edge of Eternity (Century Trilogy 3 karya Ken Follett)
"Edge of Eternity" adalah seri ketiga dan terakhir dalam trilogi Century karya Ken Follett, setelah Fall of Giants dan Winter of the World. Diterbitkan pada tahun 2014, novel ini terus mengikuti nasib yang saling terkait dari berbagai keluarga dari berbagai negara saat mereka menghadapi peristiwa penuh gejolak di abad ke-20. Buku ini menjadi penutup yang pas untuk trilogi Ken Follett, menyatukan fakta sejarah dan fiksi untuk menciptakan narasi yang mencakup benua dan generasi.
Edge of Eternity (Century Trilogy 3 karya Ken Follett) |
Edge of Eternity melanjutkan cerita yang ditinggalkan buku-buku sebelumnya, menelusuri kehidupan para karakter yang diperkenalkan di seri sebelumnya dan mengikuti keturunan mereka hingga paruh kedua abad ke-20.
Seperti pendahulunya, Edge of Eternity dengan cermat memasukkan peristiwa sejarah nyata ke dalam narasinya, menawarkan kepada pembaca gambaran yang jelas dan mendalam tentang abad ke-20. Dari Gerakan Hak-Hak Sipil di Amerika Serikat hingga Perang Vietnam dan perjuangan kemerdekaan di Eropa Timur, novel ini menyajikan panorama kemenangan dan tragedi pada era tersebut.
Follett telah merangkai nasib lima keluarga yang saling berhubungan – yang berasal dari Amerika, Jerman, Rusia, Inggris, dan Wales – saat mereka menjalani lika-liku hidup abad ke-20. Kini, mereka berada di ambang salah satu zaman paling bergejolak dalam sejarah: gelombang perubahan besar yang melanda tahun 1960an hingga 1980an. Di tengah pergeseran hak-hak sipil, bayang-bayang pembunuhan, semangat gerakan massa, dan gaung Vietnam, mereka bergulat dengan kebangkitan Tembok Berlin, ketegangan Krisis Rudal Kuba, drama pemakzulan presiden, dan krisis politik. daya pikat revolusi.
Beberapa karakter dari trilogi ini:
Keluarga:
- Williams: Keluarga Amerika, yang anggotanya terlibat dalam berbagai aspek kehidupan Amerika, termasuk politik, jurnalisme, dan militer.
- Peshkovs: Sebuah keluarga Rusia, awalnya setia kepada rezim Soviet tetapi kemudian menghadapi konsekuensi pergolakan politik dan penindasan.
- Cameron: Keluarga Skotlandia, dengan anggota yang terlibat dalam aristokrasi Inggris, badan intelijen, dan akademisi.
- Dimka Dvorkin: Seorang anak yatim piatu Rusia yang menjadi tokoh kunci dalam aparat intelijen Soviet.
Karakter Individu:
- George Jakes: Seorang pengacara dan aktivis hak-hak sipil Amerika, putra keluarga Williams, yang memperjuangkan kesetaraan ras.
- Cameron "Cam" Dewar: Anggota keluarga Cameron, yang menjadi diplomat dan terlibat dalam urusan internasional.
- Tania Dvorkin: Putri Dimka Dvorkin, yang menghadapi kompleksitas pertumbuhan di Uni Soviet dan kemudian terlibat dalam aktivisme.
- Gregori "Grigori" Peshkov: Seorang anggota keluarga Peshkov, yang awalnya mendukung rezim Soviet tetapi kemudian kecewa dengan sifat penindasannya.
- Rebecca Hoffman: Seorang wanita Jerman yang terlibat dalam perlawanan melawan Nazi Jerman dan kemudian bekerja untuk pemerintah Amerika Serikat selama Perang Dingin.
Sinopsis
Rebecca Hoffman, seorang guru dari Jerman Timur, terkejut saat mengetahui bahwa dia telah diawasi terus-menerus oleh Stasi selama bertahun-tahun. Tiba-tiba dia mengambil tindakan yang bergema di seluruh keluarganya selama beberapa generasi mendatang. Sementara itu, George Jakes, lahir dari pasangan ras campuran, memilih keluar dari jalur hukum perusahaan konvensional untuk mendaftar di Departemen Kehakiman Robert F. Kennedy. Di tengah momen-momen penting dalam gerakan hak-hak sipil, ia mendapati dirinya tidak hanya tenggelam dalam perjuangan bersejarah demi kesetaraan namun juga bergulat dengan tantangan-tantangan yang sangat pribadi.
Cameron Dewar, keturunan seorang senator yang disegani, dengan penuh semangat memanfaatkan kesempatan untuk terlibat dalam spionase yang sah dan rahasia demi tujuan yang dekat dengan hatinya. Namun, idealismenya cepat berubah karena kenyataan pahit di dunia yang jauh lebih berbahaya daripada yang pernah ia bayangkan.
Dimka Dvorkin, seorang ajudan muda Nikita Khrushchev, mendapati dirinya berperan penting sebagai kekuatan untuk kemajuan dan pertanda perselisihan, di tengah meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, yang mengarah ke jurang konflik nuklir. Sementara itu, saudara kembarnya, Tania, memulai perjalanan luar biasa mulai dari jantung kota Moskow hingga pantai Kuba, dan dari jalan-jalan di Praha hingga gang-gang di Warsawa, mengukir namanya dalam catatan sejarah.
Selama kurun waktu antara tahun 1961 hingga 1989, Follett menyusun novelnya yang diteliti dengan cermat, dengan cermat memilih peristiwa-peristiwa penting dan merangkai cerita latar yang kaya untuk segudang karakter. Tokoh-tokoh ini, bukan sekadar wadah pergolakan politik dan sosial pada masa itu, menjadi hidup sebagai individu yang memiliki harapan, impian, dan perjuangannya masing-masing.
Di tengah rumitnya hubungan yang melintasi batas-batas negara, pembaca mungkin merasa tertantang untuk terus menelusuri, namun di situlah letak keindahan cerita Follett. Narasinya lebih dari sekadar menceritakan kembali peristiwa-peristiwa sejarah; ia menggali jauh ke dalam pengalaman manusia dengan latar belakang sejarah yang selalu berubah. Melalui tokoh-tokohnya, mulai dari rakyat jelata hingga tokoh politik terkemuka, Follett dengan cekatan menggambarkan bagaimana sejarah tidak hanya membentuk dunia di sekitar kita namun juga membentuk esensi dari mereka yang menghuninya.
Post a Comment for "Edge of Eternity (Century Trilogy 3 karya Ken Follett)"